Kamis, 15 Maret 2012
morning [15032012]
ada luka, ada pilu
tapi,..
kenangan mengambil sisi kosong setelah perpisahan
mengubah luka jadi tawa, pilu jadi rindu..
satu titik..
dimana semua kenangan takkan terulang
meski memohon dan meratap..
kenangan hanya jadi kenangan..
masa lalu akan tetap jauh..
dan kita akan tetap berjalan di masa depan..
-nfk
*jangan lupa meski tidak bersama lagi, karena aku akan tetap mengingatmu sebagai bagian hidup di masa mudaku :)
Rabu, 14 September 2011
[14092011]
saya tidak akan bisa lagi
melihatmu di sekitar kehidupanku
berbagi cerita setiap saat denganmu
mendengar tawa renyahmu
bahkan mungkin
takkan pernah lagi
terdengar seseringbeberapa saat lalu
gelak tawa dari candaanmu
meski kadang
saya rasa
itu berlebihan..
tapi..
aku terbiasa dengan itu
dan sekarang
aku harus terbiasa lagi
beradaptasi lagi
dengan orang - orang lain
ahh..
mungkin aku belum siap
menghadapi kehilangan
atau mereka bilang
perpisahan
yang ada di depan mata
yang kini..
tinggal menghitung bulan..
menghitung hari..
dan tiba - tiba..
inilah waktunya..
berhadapan dengan perpisahan
tak taulah bagaimana nantinya aku
ketika berhadapan denganmu
saat perpisahan nanti
mungkin aku takkan sanggup
mungkin aku akan menangis
atau mungkin tertawa bahagia??
impossible..
terlalu sulit mengatakan "sayonara"
dan jika bertemu dimasa depan harus mengatakan "o-hisashiburi"
meski sebenarnya
rindu itu sangat indah
tapi juga menyiksa
ahh..
biarlah perpisahan itu tetap berjalan
sebagaimana harusnya
aku tak mungkin lari
apalagi sembunyi
hanya untuk menghindari perpisahan
aku bukan "silly girl" yang akan meratapi nasib
apalagi menyesali pertemuan
semoga..
Allah menjaga kamu
agar tetap sehat
agar tetap baik
dan semoga
jika jadi takdir kita
Allah akan mengijinkanku untuk mengatakan "o-hisahiburi"
atau kalau tidak
syurga akan menantikan kita berdua untuk berjumpa lagi :)
#recalling 3 years ago
-cinta..cinta..cinta.. tiada habisnya :)
-nfk Publisher: FK - 07.29
Jumat, 23 Juli 2010
Jalaluddin Rumi
“Sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelaskan panjang
lebar.
Namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada
keteranganku sendiri.
Meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan
terang.
Namun tanpa lidah,
cinta ternyata lebih terang
Sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya
Kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai
kepada cinta
Dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya
Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur
Cinta sendirilah yang menerangkan cinta
Dan percintaan!”
- Petikan puisi Rumi dalam Diwan Shamsi Tabriz diterjemahkan oleh Abdul Hadi
W.M. –
Ada yang ingat puisi ini?? Yupzz… buat yang sering nonton KCB pasti tau donk puisi ini.. Romantis euy… Ahahahahahayyyy…
Tapi, yang akan dibahas disini bukanlah isi dari puisi itu, melainkan adalah sang penulis puisi..
Namanya Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, mistikus yang berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan alhi matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan.
Diakui, bahwa puisi Rumi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan para sufi penyair lainnya. Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik. Dalam puisinya Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai.
Ciri khas lain yang membedakan puisi Rumi dengan karya sufi penyair lain adalah seringnya ia memulai puisinya dengan menggunakan kisah-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksud ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide.
Banyak dijumpai berbagai kisah dalam satu puisi Rumi yang tampaknya berlainan namun nyatanya memiliki kesejajaran makna simbolik. Beberapa tokoh sejarah yang ia tampilkan bukan dalam maksud kesejarahan, namun ia menampilkannya sebagai imaji-imaji simbolik. Tokoh-tokoh semisal Yusuf, Musa, Yakub, Isa dan lain-lain ia tampilkan sebagai lambang dari keindahan jiwa yang mencapai ma'rifat. Dan memang tokoh-tokoh tersebut terkenal sebagai pribadi yang diliputi oleh cinta Ilahi.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah :
jangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi. bukan zoroaster. bukan pula islam. karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku.